JAMUR TERMAHAL DI DUNIA
Black Truffle White Truffle
White Truffle atau biasa juga disebut Alba Truffle berasal dari sebuah wilayah bernama Piedmont di Italia Utara. Jenis jamur ini juga bisa ditemukan di Kroasia, tepatnya di hutan Motovun di semenanjung Istria, sepanjang Sungai Mirna.
Jamur Putih ini biasanya tumbuh simbiotis bersama pohon ek, hazel, dan mekar saat musim gugur. Jamur ini bisa tumbuh hingga berdiamater 12 sentimeter dan berat 500 gram. Namun, ukuran normal bisa jauh lebih kecil. Daging jamur berwarna krem pucat atau pun cokelat muda dengan bulatan-bulatan putih.
Para pencari jamur biasanya menggunakan anjing untuk melacak. Karena sulit ditemukan, tak heran harganya mahal sekali, seperti juga black truffle dari Prancis. Bisa menikmati seiris dua iris saja jamur ini dianggap sebagai pengalaman berharga.
Pasar jamur putih di Alba biasanya paling sibuk di bulan Oktober dan November. Tak heran, harganya mahal. Pada 2001 saja, harga jamur ini mencapai US$ 1.000 hingga US$ 2.200 per pon.
Di tahun 2005, white truffle mencetak rekor penjualan termahal seharga 12.600 dolar AS (sekitar Rp 110 juta) untuk 1,21 kg. Rekor ini pecah pada 13 November 2006, di mana 1,51 kg white truffles yang ditemukan oleh Luciano Savini dan anjingnya Rocco, dihargai 160.000 dolar AS atau setara dengan Rp 1,44 miliar! Pembelinya adalah Sir Gordon Wu, salah satu pengusaha kaya di Hong Kong.
Rekor penemuan jamur terbesar juga pernah diraih seorang Italia, Giancarlo Zigante dan anjingnya, Diana. Ia sempat memukau dunia karena berhasil menemukan jamur putih Truffle terbesar di Buje, Kroasia, dengan berat 1,31 kilogram.
Di Indonesia, white truffle hanya ada di restoran-restoran mahal dan hotel berbintang lima dengan harga sekitar 1 juta rupiah per porsi makan malam. Itu pun hanya disajikan dalam bentuk salad beberapa potong.
Secara rasa, jamur truffle ini susah untuk digambarkan dan mungkin bisa dikatakan berasa campuran keju, bawang putih, serta kubis dengan aroma yang kuat dan tajam. Tak perlu banyak mengolah karena hanya dengan sedikit mentega atau mayones dan dijadikan salad, jamur ini sudah terasa luar biasa.
Jamur truffles disebut juga sebagai berlian dari dapur. Selain karena rasanya yang istimewa dan harganya yang selangit, jamur ini sebelum dipotong dianalogikan sebagai berlian yang belum diproses, kotor dan tak tampak spesial. Tetapi, setelah dibersihkan dan dipotong, daging buahnya putih bersih seperti keju atau mentega dengan wangi yang menggoda.
HABITAT JAMUR TRUFFLES
Jamur truffles adalah sejenis jamur yang hidup sebagai mikoriza (jamur yang tumbuh bersimbiosis pada akar tanaman lain). Jamur ini tergolong pada jamur bergenus Tuber, kelas Ascomycetes, dan divisi Mycota. Nama spesiesnya sendiri adalah Tuber magnatum (white truffles) dan Tuber melanosporum (black truffles).
Jamur truffles bisa ditemukan pada 5-40 cm di bawah permukaan tanah. Biasanya dalam bentuk formasi melingkar pada akar pohon ek (oak). Itu sebabnya dalam berburu jamur ini digunakan anjing atau babi yang bisa melacak bau jamur di dalam tanah. Banyak ditemukan di Timur Tengah, Italia, Yunani, Cina, dan Mesir. Iklim pantai yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu lembap menjadi tempat optimal untuk tumbuhnya jamur ini.
Pada abad ke-17 jamur ini mulai dikenal karena rasanya yang enak, dan sangat disukai Raja Francis I dari Prancis. Lambat laun negara-negara barat lainnya pun menyukai jamur ini. Di pasar Prancis, jamur truffles populer di akhir tahun 1780-an. Hanya golongan orang-orang kaya yang biasa menyantap hidangan ini.
Budi daya “white truffles”
Di awal tahun 1808, jamur truffles mulai dibudidayakan meskipun hasil panennya tidak seperti dugaan. Pada tahun 1825 Jean-Anthelme Brillat- Savarin mulai mencatat karakteristik dan beberapa kiat-kiat sukses dalam pembudidayaan jamur truffles.
Auguste Rousseau dari Carpentras pada tahun 1847 menanam 7 hektare pohon ek. Di luar perkiraan, ia memanen jamur truffles yang melimpah ruah dan atas hasil ini di tahun 1855 pada pekan raya dunia di Paris dia diberi penghargaan.
Memasuki abad ke-20, seiring dengan kemajuan industri, budi daya jamur ini mengalami kemunduran. Lahan-lahan yang dulunya terpelihara perlahan tidak terurus, hingga akhirnya menjadi hutan belantara. Produksi jamur pun terhenti saat Perang Dunia I pecah.
Hukum ekonomi pun berlaku saat itu. Jamur truffles sangat susah dicari, yang berakibat pada meroketnya harga hingga terjadi saat ini. Sejak saat itu jamur truffles menjadi komoditas elite dan langka. Hanya ada pada tempat dan perayaan tertentu.
Pasar “white truffles”
Jamur ini paling banyak dipasarkan pada bulan Januari. Hal ini terjadi karena pada bulan ini terjadi panen di berbagai tempat. Pada saat itu, black truffles bisa dipasarkan dengan harga berkisar antara Rp 990.000 hingga Rp 2,7 juta per setengah kilogramnya, tergantung dari berhasil tidaknya panen.
Sedangkan white truffles yang kebanyakan berasal dari Kota Alba, Italia, pasar tersibuk terjadi pada bulan Oktober dan November (saat panen). Saat itulah, harganya jauh lebih mahal daripada black truffles, berkisar antara Rp 9 juta hingga Rp 19 juta per setengah kilogram.
Selain kedua varian tadi, ada satu jenis truffles yang dapat dipanen kapan saja, yaitu black summer truffles (Tuber aestivum) yang ada di Italia Utara dan Tengah. Rasa dan aromanya tidak sekuat dua varian yang lain, sehingga harganya lebih murah. Setengah kilogramnya dihargai sekitar Rp 623.000,00.
Di Cina ada juga spesies truffles yang lain, namanya Tuber sinensis (Tuber indicum). Bentuknya seperti black truffles, tetapi rasa dan teksturnya lunak dan liat. Jumlah hasil panennya sedikit sehingga spesies yang satu ini tidak terlalu dikenal.
Kini banyak negara mendomestikasi budi daya jamur truffles, seperti Selandia Baru, Australia, dan Cina. Akan tetapi, white truffles asli dari Alba, Italia tetap menjadi primadona para pencinta kuliner dunia.
Sumber : https://klipingut.wordpress.com/2009/11/23/jamur-termahal-di-dunia-white-truffles/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar