Klasifikasi mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil.
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi,
karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan
enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak
diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim
tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi
bila makanan tersebut sudah ada (Kusnadi dkk, 2003).
A. Bakteri
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di
antaranya hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma
dan beberapa bahan inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel
dibungkus oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel
ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas
campuran polipeptida dan polisakarida (Gaman dan Sherrington, 1992) .
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk
yang sebagian m.m dan panjang 5besar berbentuk batang dengan lebar
kurang dari 1 DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela
mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang halus yang
langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri berkembang
biak dengan membelah diri (Schlegel, 1994).
Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi
atas ti golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan
spiral. Basil (bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek,
silindris. Sebagian besar dari bakteri itu merupakan basil. Basil dapat
bergandeng-gandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu
sama lain. Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang
dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama
lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam.
Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.
Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang
bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebiut
streptokokus, ada yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus,
kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilokokus,
sedang kokus yang mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari
spirilum) ialah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa
spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak banyak. Golongan ini
merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan
kokus maupun golongan basil. (Dwijoseputro, 1978).
Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu
kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang khas.
Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesies-spesies
Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi
laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan
suhu pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini amat
praktis karena suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat
pertumbuhan mikrobia yang merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi)
untuk mengurngi populasi mikrobia, memusnahkan pathogen dan secara umum
memperbaiki mutu susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri
yang diujmpai dalam susu ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan
thermodurik karena beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu
sedikit di atas suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di
atas suhu 65 oC (Pelczar dan Schan, 1986).
B. Jamur
Secara morfologis jamur dapat ditentukan dengan melihat bentuk
srukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan
klsifikasi dapat ditentukan, secara fisual jamur dilihat seperti kapas
atau benang berwarna, atau tidak berwarna, yang disebabkan karena adanya
miselia dan spora. Miselia terbentuk dengan adanya hifa, baik yang
bersepta atau yang tidak bersepta. Jamur terbagi menjadi beberapa
familia antara lain Moniliaceae (Aspergillus, Phenicillium,
Trichothecium, Geotrichum, Monilia, Sporatrichum, Botrytis,
Cephalosporium, Trichoderma, Schopulariopsis), Dematiaceae
(Cladosporium, Helminthosporium, Alternaria, Stemphylium) dan
Tuberculariaceaea (Fusarium) (Kuswanto dan Sudarmadji, 1998).
Sifat kultural dari jamur dapat dilihat dengan kenampakan
pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering,
membentuk massa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan
basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru kehijauan, kuning,
orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan hitam (Budiharta dan Drastini,
1998).
Adapun jamur yang penting dalam pembicaraan mikrobiologi adalah klas
Phicomycetes, klas Ascomycetes dan klas Deuteromycetes. Perbedaan yang
penting dari klas Phicomycetes dan klas Ascomycetes adalah bahwa
miselium Phicomycetes itu serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi,
sedang miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat.
Miselium dapat bercabang-cabang, satu helai cabang disebut hifa.
(Dwijoseputro, 1978).
Klasifikasi cendawan terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual
dan tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual. Cendawan mampu
memanfaatkan berbagai macam bahan untuk gizinya, sekalipun demikian
mereka itu heterotrof. Berbeda dengan bakteri, mereka tidak dapat
menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti misalnya karbondioksida.
Karbon berasal dari sumber organik, misalnya glukosa. Beberapa spesies
dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk
cendawan biasanya berisiskan pepton, suatu produk protein yang
terhidrolisis (Pelczar dan Schan, 1986).
Septa atau dinding pemisah .jamur tak bersepta adalah jamur yamg tidak
memiliki dinding inti pemisah atau septa. Hifanya merupakan tabung
memanjang berisi inti yang banyak dan terdispersi ke seluruh sitoplasma,
oleh karenanya diberi nama multiseluler. Jamur bersepta, jamur ini
memiliki septa yang membagi hifa menjadi sel yang terpisah,
masing-masing berisi sel inti (Gaman dan Sherrington, 1992).
Untuk menelaah bakteri dan jamur di laboratorium, kita harus dapat
menumbuhkan atau mengembangkan bakteri dan jamur tersebut. Adanya
pembiakan bakteri dan jamur dimaksudkan untuk memudahkan pemeriksaan
yang akan dilakukan di dalam laboratorium, sehingga jika sewaktu-waktu
kita memerlukan bakteri dan jamur untuk suatu percobaan, maka bakteri
dan jamur tersebut telah tersedia. Biakkan bakteri dan jamur tersebut
dapat disimpan di dalam lemari es untuk waktu yang lama tanpa ada
kerusakan.
Sterilisasi
Sel bakteri maupun sporanya dapat dirusakkan dengan memanaskan pangan
pada suhu tinggi selama beberapa jam atau lebih lama lagi. Destruksi
sempurna mikroorganisme dengan panas disebut sterilisasi (Gaman dan
Sherrington, 1992).
Ada 3 cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, penggunaan bahan kimia dan penyaringan (filtrasi). Sterilisasi
basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang
mudah diangkut (portable) dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan
pada suhu 121 oC selama 15 menit karena naiknya titik didih air menjadi
121oC itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada ketinggian permukaan laut,
maka daur sterilisasi sering kali juga dinyatakan sebagai 1 atm 15
menit. Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada
organisme hidup dengan demikian mematikannya (Hadioetomo, 1990).
Autoklaf merupakan alat yang essensial dalam setiap laboratorium
mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah-rumah sakit serta tempat-tempat
lain yang memproduksi produk steril. Pada umumnya (tidak selalu)
autoklaf dijalankan pada tekanan kira-kira 15-16 per ln2 (5 kg/cm2) pada
suhu 121oC. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi bergantung pada
sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah dan volume bahan. Misalnya 1000
buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 10 ml medium cair dapat
disterilkan dalam waktu 10-15 menit pada suhu 121oC, sedangkan jumlah
medium yang sama bila ditempatkan dalam 10 wadah berukuran 1 liter akan
membutuhkan waktu 20-30 menit pada suhu yang sama untuk menjamin
tercapainya sterilisasi (Pelczar dan Schan, 1986).
Media
Medium ialah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang
dipakai untuk menumbuhkan mikrobia. Selain untuk menumbuhkan mikrobia,
medium dapat pula digunakan untuk isolasi, memperbanyak pengujian
sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikrobia. Supaya
mikroorganisme dapat tumbuh baik dalam medium perlu diperhatikan
syarat-syarat sebagai berikut:
1. Media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh mikroorganisme
2. Harus mempunyai tekanan osmose tegangan muka dan pH yang sesuai
3. Tidak mengandung zat-zat penghambat
4. Harus steril (Jutono et al., 1973).
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada bahan nutrien yang
disebut medium. Banyak sekali media yang tersedia, macamnya yang
dipakai tergantung dari banyak faktor. Salah satu di antaranya adalah
macam mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Bahan yang akan
diinokulasikan pada medium itu disebut inokulan. Dengan menginokulasi
medium agar nutrien dengan metode cairan gores atau metode cawan, tuang,
sel-sel itu akan terpisah sendiri-sendiri setelah inkubasi. Sel-sel
mikrobia individu itu memperbanyak diri sedemikian cepatnya sehingga di
dalam waktu 18-24 jam terbentuklah massa sel yang dapat dilihat dan
dinamakan koloni (Pelczar dan Schan, 1986).
Setiap mikrobia dapat diinkubasi denganmedia tertentu sesuai
dengan sifat-sifat karakteristik biosintesisnya. Media PCA (Plate Count
Agar) dan NA (Nutrient Agar) biasa digunakan untuk pemupukan bakteri dan
media PDA (Potato Dextrose Agar) biasa digunakan untuk pemupukan jamur
(Fardiaz, 1994).
Mikroorganisme yang ingin kita tumbuhkan, yang pertama harus dilakukan
adalah memahami kebutuhan dasarnya kemudian memformulasikan suatu medium
atau bahan yang akan digunakan. Air sangat penting bagi organisme
bersel tunggal sebagai komponen utama protoplasmanya serta untuk
masuknya nutrien ke dalam sel. Pembuatan medium sebaiknya menggunakan
air suling. Air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang
tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan
kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat
dan magnesium fosfat (Hadioetomo, 1993).
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam
persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup hanya pada media
yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup dan
seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah yang
menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang pertumbuhan mikroba.
Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri untuk dapat
mengadakan identifikasi, determinasi, atau diferensiasi jenis-jenis yang
ditemukan. Pertumbuhan ketahanan bakteri bergantung pada pengaruh luar
seperti makanan (nutrisi), atmosfer, suhu, lengas, konsentrasi ion
hidrogen, cahaya, dan berbagai zat kimia yang dapat menghambat atau
membunuh.
Kebutuhan bakteri pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Sumber energi yang diperlukan untuk reaksi-reaksi sintesis yang
membutuhkan energi dalam pertumbuhan dan restorasi, pemeliharaan
keseimbangan cairan, gerak, dan sebagainya
2. Sumber karbon.
3. Sumber nitrogen sebagian besar untuk sintesis protein dan asam-asam nukleat.
Sumber garam-garam anorganik, khususnya fosfat dan sulfat sebagai anion;
dan potasium, sodium magnesium, kalsium, besi, mangan sebagai kation.
Berdasarkan komposisi/susunan kimia bahan penyusunnya, media yang digunakan untuk menumbuhkan mikrobia dibagi atas 4 yaitu:
1. Medium organik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan organik.
2. Medium anorganik; yaitu medium yang tersusun dari bahan-bahan anorganik
3. Medium sintetik, yaitu media yang tersusun atas senyawa yang tidak
diketahui komposisi kimianya secara tepat. Media tersebut berisi garam
anorganik misalnya asam amino, asam lemak, alkohol, karbohidrat atau
senyawa organik serta serta vitamin-vitamin.
4. Media nonsintetik, adalah media yang tidak diketahui komposisi
kimianya secara pasti. Beberapa dari komposisi yang ditambahkan misalnya
ekstak beef, ekstrak yeast, pepton, darah, serum dan casein hidrolisat.
Contoh media non sintesis NA, NB, PDA.
Menurut Dwidjoseputro , selanjutnya medium buatan manusia itu dapat berupa:
1. Medium Cair
Medium cair yang biasa dipakai ialah air kaldu yang disiapkan sebagai
berikut. Kepada 1 liter air murni ditambahkan 3 gr kaldu daging lembu
dan 5 gr pepton. Pepton ialah protein yang terdapat pada daging, pada
air susu, pada kedelai, dan pada putih telur. Pepton mengandung banyak
N2, sedang kaldu berisi garam-garam mineral dan lain-lainnya lagi.
Medium ini kemudian ditentukan pHnya 6,8 sampai 7, jadi sedikit asam
atau netral; keadaan yang demikian ini sesuai bagi kebanyakan bakteri.
Kaldu seperti tersebut diatas masih perlu disaring untuk kemudian
dimasukkan ke dalam tabung-tabung reaksi. Penyaringan dapat dilakukan
dengan kertas saring. Setelah tabung berisi medium kaldu tersebut
disumbat dengan kapas, dan dapatlah dimasukkan ke dalam alat pensteril.
2. Medium kental (padat)
Dahulu kala orang lazim menggunakan kentang yang dipotong-potong serupa
silinder untuk medium.silinder kentang mentah dibuat dengan pipa besi,
lalu potongan-potongan itu dimaksudkan untuk ke dalam tabung reaksi.
Kemudian tabung disumbat dengan kapas, dan setelah itu disterilkan di
dalam autoklaf. Setelah kentang dingin kembali,permukaan atas dari
silinder kentang dapat ditanami bakteri
Suatu penemuan yang baik sekali ialah medium dari kaldu yang dicampur
dengan sedikit agar-agar, dan kemudian dibiarkan mendingin, maka
diperolehlah medium padat. Agar-agar ialah sekedar zat pengental, dan
bukan zat makanan bagi bakteri.
Medium yang diperkaya.
Kebanyakan bakteri suka tumbuh pada dasar makanan seperti disebut di
atas. Tetapi bakteri patogen seperti Brucella abortus, Mycobacterium
tuberculosis, Diplococcus pneumoniae, dan Neisseria gonorrhoeae
memerlukan zat makanan tambahan berupa serum atau darah yang tak
mengandung fibrinogen lagi. Fibrinogen adalah zat yang menyebabkan darah
menjadi kental, apabila keluar di luka. Serum atau darah itu
dicampurkan ke dalam medium yang sudah disterilkan. Jika pencampuran ini
dilakukan sebelum sterilisasi, maka serum atau darah tersebut akan
mengental akibat pemanasan. Pada medium buatan Loeffler, serum
dicampurkan di dalam dasar makanan sebelum sterilisasi. Medium ini baik
sekali untuk memelihara basil-basil dipteri. Juga medium yang memerlukan
tambahan putih telur dibuat dengan cara demikian. Seringkali orang
menambahkan susu atau air tomat kepada dasar makanan untuk menumbuhkan
Lactobacillus dan beberapa spesies lainnya.
Medium yang kering
Pekerjaan laboratorium sekarang ini banyak dipermudah
dengan telah adanya bermacam-macam medium yang tersedia dalam bentuk
serbuk kering. Untuk menyiapkan medium tersebut, cukuplah orang
mengambil sekian gram serbuk kering tersebut untuk dilarutkan dalam
sekian liter air dan kemudian larutan itu disterilkan. Penentuan pH
tidak perlu lagi, karena hal itu sudah dilakukan lebih dulu pada
pembuatan serbuk. Periksalah “Difco Manual of dehyclinical culture media
and reagents for microbiological and clinical laboratory procedures”.
Sumber : http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-tentang-bakteri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar